Sejarah Haji Wukuf diArafah dan Makna Wukuf dalam Pelaksanaan Ibadah Haji
Sejarah Haji Wukuf diArafah adalah salah satu rukun utama dalam pelaksanaan ibadah haji. Wukuf, yang berarti berdiam diri, adalah momen penting yang diharapkan jamaah haji lebih dekat dengan Allah SWT melalui doa dan dzikir. Mari kita telusuri lebih dalam mengenai sejarah dan makna wukuf di Arafah, serta waktu pelaksanaannya.
Sejarah Haji Wukuf di Arafah
Sejarah haji wukuf di Arafah memiliki akar yang sangat mendalam dalam ajaran Islam. Menurut hadits, ketika Rasulullah SAW melaksanakan haji, beliau ditanya oleh seseorang dari suku Nejd, “Wahai Rasulullah. Apa itu ibadah haji?” Rasulullah menjawab, “Inti dari ibadah haji adalah wukuf (berdiam diri) di Arafah. Barangsiapa yang tiba sebelum salat pada malam yang menginap di Muzdalifah, maka hajinya telah sempurna.” (HR Ahmad, al-Bayhaqi, dan al-Hakim).
Sejarah Haji Wukuf diArafah juga dikenal sebagai tempat bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa setelah keduanya diturunkan ke bumi. Menurut buku Mecca the Blessed & Medina the Radiant oleh Seyyed Hossein Nasr, Nabi Adam berada di Pulau Sandib (Sri Langka) sementara Siti Hawa berada di Arabia. Setelah mendapat kalimat pertobatan seperti yang dijelaskan dalam surah Al A’raf ayat 23, Malaikat Jibril mengarahkan Nabi Adam ke Padang Arafah. Di tempat inilah mereka akhirnya bertemu kembali setelah ratusan tahun terpisah.
Makna Wukuf di Arafah
Wukuf di Arafah memiliki makna yang sangat mendalam. Wukuf berarti berhenti atau berdiam diri, dan ini mencerminkan momen kontemplasi atas kehidupan dan ciptaan Allah SWT. Dalam bukunya, al-Hajj, Ali Syariati menjelaskan bahwa wukuf di Arafah adalah usaha untuk merenungkan hakikat penciptaan alam semesta, mengevaluasi perbuatan yang telah dilakukan, dan menjadikan tempat tersebut sebagai tempat penghisaban.
Padang Arafah juga dikaitkan dengan nama yang memiliki arti ‘mengenal’ atau ‘mengakui’. Di sinilah manusia diharapkan mengenal jati dirinya dan menyadari setiap dosa yang telah diperbuat. Wukuf di Arafah mencerminkan gambaran dari Padang Mahsyar di akhirat kelak, sebagai tempat di mana segala amal perbuatan manusia di dunia akan dihisab. Oleh karena itu, para jamaah haji dianjurkan untuk banyak berdoa, memohon ampunan, dan melakukan introspeksi atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
Waktu Pelaksanaan Wukuf di Arafah
Waktu pelaksanaan wukuf di Arafah dimulai pada hari kesembilan bulan Dzulhijjah setelah matahari tergelincir dari tengah hari hingga terbitnya fajar pada hari kesepuluh. Mayoritas ulama sepakat bahwa waktu ini merupakan waktu yang disyariatkan untuk wukuf. Namun, terdapat perbedaan pendapat mengenai ketepatan waktu wukuf.
Bagi jemaah haji yang melakukan wukuf pada waktu siang, mereka diminta untuk tetap berada di Arafah hingga matahari terbenam (Maghrib). Sedangkan bagi yang melakukan wukuf pada malam hari, tidak ada aturan khusus yang berlaku. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam pelaksanaan wukuf, yang penting adalah keberadaan di Arafah selama periode waktu yang telah ditentukan.
Jadwal Pelaksanaan Wukuf di Arafah
Berikut adalah jadwal pelaksanaan wukuf di Arafah yang biasanya diikuti oleh jemaah haji:
- 8 Dzulhijjah: Pergerakan jemaah haji dari hotel di Makkah ke Arafah mulai pukul 07.00 – 22.00 WAS.
- 9 Dzulhijjah: Jemaah haji wukuf di Arafah dari lepas Dzuhur sampai Ashar.
- 9 Dzulhijjah: Setelah wukuf, jemaah haji mulai diberangkatkan dari Arafah ke Muzdalifah untuk mengumpulkan batu lempar jumrah.
- 10-13 Dzulhijjah: Jemaah haji melakukan mabit dan lempar jumrah di Mina.
Kisah Nabi Ibrahim dan Arafah
Padang Arafah juga memiliki sejarah penting yang berkaitan dengan Nabi Ibrahim. Dalam sejarahnya, Nabi Ibrahim sangat mengharapkan kelahiran seorang anak karena belum dikaruniai keturunan meskipun telah puluhan tahun menikah. Setelah kelahiran Ismail, Nabi Ibrahim mendapat perintah dalam mimpinya untuk menyembelih anaknya. Pada 8 Dzulhijjah, beliau merenungkan mimpinya dan yakin bahwa mimpi tersebut berasal dari Allah SWT.
Keesokan harinya, pada 9 Dzulhijjah, beliau berada di Padang Arafah dan mengetahui (‘arafa) bahwa mimpinya benar berasal dari Allah SWT. Dengan berat hati, beliau bersiap menyembelih Ismail pada 10 Dzulhijjah. Namun Allah menggantinya dengan seekor hewan kurban. Kisah ini menunjukkan betapa besar pengorbanan dan kepatuhan Nabi Ibrahim kepada perintah Allah SWT, dan menjadi bagian penting dari makna wukuf di Arafah.
Kesimpulan
Sejarah wukuf di Arafah memiliki akar yang mendalam dalam tradisi Islam, mencakup kisah Nabi Adam dan Siti Hawa serta Nabi Ibrahim dan Ismail. Makna wukuf di Arafah adalah momen kontemplasi dan introspeksi, di mana jamaah haji diharapkan mengenali jati dirinya, menyadari dosa-dosanya, dan memohon ampunan kepada Allah SWT. Pelaksanaan wukuf di Arafah dimulai pada 9 Dzulhijjah dan berlangsung hingga fajar 10 Dzulhijjah, dengan fleksibilitas waktu yang memungkinkan jamaah haji melaksanakannya baik siang maupun malam.
Wukuf di Arafah adalah salah satu momen paling sakral dalam ibadah haji, yang mengingatkan kita akan pentingnya pertobatan, pengenalan diri, dan ketundukan kepada Allah SWT. Bagi jamaah haji, wukuf di Arafah menjadi puncak spiritual yang memberikan kedekatan yang lebih dalam dengan Sang Pencipta.
Tags : Kegiatan Ibadah Umroh lengkap, Perbedaan ibadah haji umroh, Kegiatan Ibadah Haji lengkap, Kegiatan Ibadah Umroh Sa’i, Tata Cara sa’i lengkap, Cara memakai Kain Ihram, Cara menjalankan Ibadah Umroh, Pengertian dan Kegiatan Tawaf, Cara Menjalankan Ibadah Haji. Kegiatan Wukuf di Arafah
Hubungi Kami Sekarang Untuk KONSULTASI
Head Office :
Rukan Venice, Golf Lake Residence No.12-15 Blok B, RT.9/RW.14, Cengkareng Tim., Kecamatan Cengkareng, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11730